
Madania.co.id, Jakarta – BNPB mengimbauMasyarakawaspada terhadap potensi bahaya angin puting beliung saat memasuki pergantian musim.
“Meskipun kemunculan fenomena ini tidak dapat diprediksi, kita dapat mengenali tanda-tanda sebelum datangnya angin puting beliung,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB,
Dr. Raditya Jati, dalam dalam laman resmi BNPB, Kamis (18/3/2021).
Peristiwa angin puting beliung, menurut dia, terjadi ketika memasuki pergantian musim, seperti dari musim hujan ke musim kemarau.
Masyarakat, lanjutnya, dapat memperhatikan tanda-tanda potensi angin puting beliung terjadi.
Umumnya, dia menyebutkan, dirasakan pada pagi hari jika kemudian udara sejuk berubah panas.
Tanda lainnya, lanjut dia lagi dapat dilihat pada kondisi awan di langit.
Jika tidak terlalu berawan dan kemudian pada siang hari atau menjelang sore, ada pertumbuhan awan cepat disertai embusan udara dingin.
“Gejala lain, apabilakita merasakan arah dan kecepatan angin yang semula bertiup stabil dari arah tertentu dengan kecepatan konstan, tiba-tiba pada siang atau sore hari berubah arah dan bertiup lebih kencang,” ujarnya.
Ketika angin puting beliung berlangsung, ia pun mengimbau, segera amankan diri menuju ke bangunan yang kokoh. Jangan berada di bawah pohon atau papan reklame ketika angin kencang terjadi.
Perhatikan juga, katanya, jika berteduh di bawah bangunan yang terbuka, hindari potensi terkena material lain di sekitar kita, seperti lembaran seng yang dapat tertiup angin.
Masih menurut Radiya, kerusakan dengan tingkat berat dapat terjadi pada rumah dengan struktur bangunan dan material tertentu.
BPBD Kabupaten Bangka Selatan melaporkan 3 rumah rusak berat akibat bencana angin puting beliung, demikian juga 28 rumah warga lainnya yang rusak ringan.
Kejadian ini berlokasi di Desa Pergam, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan, pada Senin (15/3).
Peristiwa yang berlangsung di Provinsi Bangka Belitung tersebut dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi disertai hujan pada pukul 02.15 waktu setempat.
Sementara itu, data BNPB per Kamis (18/3), mencatat jumlah kejadian angin puting beliung dari awal tahun 2021 mencapai 210 kali.
Bencana, yang tergolong dalam kategori hidrometeorologi ini, mengakibatkan korban meninggal 3 orang dan luka-luka 42 orang.
Sedangkan kerusakan, lanjutnya, total jumlah kejadian ini mengakibatkan 232 unit rumah rusak berat, 564 rusak sedang dan 2.422 rusak ringan.
Selain merusak sektor permukiman, peristiwa angin puting beliung juga merusak fasilits umum, seperti sekolah, tempat ibadah, dan kantor.
Menurut Radiya, total jumlah bencana angin puting beliung termasuk tinggi di bandingkan jenis kejadian bencana alam lain yang dilaporkan oleh BPBD di seluruh Indonesia.
Berikut ini jumlah kejadian bencana hingga hari ini, Kamis (18/3) yang dihimpun oleh BNPB, bencana banjir sebanyak 366 kejadian, angin puting beliung 210, tanah longsor 164, kebakaran hutan dan lahan 80, gempa bumi 16, gelombang pasang/abrasi 12 dan kekeringan 1.(m)
Discussion about this post