Madania.co.id, Bandung – Pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron tentang Islam beberapa waktu lalu memang turut menggemparkan masyarakat Tanah Air. Tak ayal, mencuat isu adanya Islamofobia di Prancis. Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Prancis, Wisnu Uriawan turut menanggapi hal tersebut dalam acara Sharia Corner di Channel YouTube Madaniacoid.
“Pidatonya pak Presiden ini tidak mengarah kepada Islam secara general, tapi hanya untuk Islam garis keras,” ungkapnya kepada Madania, Kamis (22/1/2021.
Wisnu melanjutkan, dia yang menjadi garda terdepan para pelajar di Prancis mengaku, pernyataan Macron kala itu tak menimbulkan gejolak yang sangat dahsyat seperti yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan pengalaman dan pengamatannya, para pelajar di Prancis tidak mendapatkan gangguan apapun kendati menjadi kaum minoritas di sana.
“Sekarang karena sudah normal, shalat Jumat juga sudah di masjid lagi. Sudah kondusif situasi yang kemarin cukup menghangat, dampaknya juga tidak terlalu signifikan untuk WNI muslim di sini,” ujarnya.
Tak hanya itu, Wisnu menilai toleransi beragama di Prancis juga sangat tinggi. Sehingga sejauh ini, dia tak menemukan kasus diskriminasi terhadap kaum Muslim. “Tidak ada diskriminasi, karena kami masih melaksanakan ibadah biasa. Mungkin sifatnya case by case (kasus per-kasus) secara personal mendapatkan hal itu (diskriminasi). Secara umum tidak membedakan warga satu dengan warga yang lain, asal janan salimg menganggu. Toleransinya tinggi,” jelasnya.
“Sejauh pengamatan secara general perlakuannya sama, warga negara prancis dan pendatang. Mulai dari pelayanan asuransi, sistemnya sudah cukup baik. Tidak adak diferensiasi,” sambungnya.
Warga Prancis Fokous Pada Isu HAM
Keadaan Prancis setelah pernyataan Macron yang tidak seperti Indonesia bukan tanpa alasan. Pasalnya, kata Wisnu, warga Prancis cendrung fokus pada isu-isu yang menyangkut hak asasi manusia (HAM) atau aturan-aturan kepegawaian.
“Pengamatan saya tidak ada pengaruh yang signifikan, biasa saja. kehidupan masyarakat di sini cenderung “cuek” terhadap isu-isu tersebut. Biasanya lebih ke demo aturan-aturan kepegawaian dan hak-hak asasi mereka, biasanya lebih ke sana. Isu terkait kebebasan beragama sudah lebih bersifat personal,” bebernya.
Wisnu yang juga merupakan Koordinator Journée des Doctorants d’Indonesié (JDI) menanggapi kabar pemboikotan produk-produk asal Prancis yang tak kalah hangat di Tanah Air.
“Kabarnya karena yang ngertinya kami, karena yang mencuat isu boikotnya di Indonesia, jadi kebanyakan yang tahu WNI dan pelajar saja. Kalau orang Prancisnya biasa saja, tidak ada resisten apapun. Karena pemerintah tidak mengisukan apapun terkait respon masyarakat dunia. Masih beraktivitas biasa, jual beli biasa,” pungkasnya. (sr)
Discussion about this post