Madania.co.id, Bandung – Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Prancis, Wisnu Uriawan yang sudah tiga tahun menempuh pendidikannya di sana, turut mengungkapkan ekonomi berbasis syariah di negara yang terkenal dengan julukan Kota Mode tersebut. Meskipun belum terbilang pesat, ekonomi syariah nampak pada keberadaan layanan keuangan syariah di Prancis beberapa tahun lalu.
Perusahaan penyedia layanan keuangan syariah NoorAssur pertama di Prancis, membuka layanan perbankan syariah di Chelle, Seine-et-Marne, Paris. Menurut Wisnu, cakupan layanan bank yang belum terlalu luas tak dapat dirasakan olehnya dan para pelajar di Prancis.
“Kurang lebih pada 2015 NoorAssur membuka bank syariah di Prancis, kurang lebih 20 cabang yang direncanakannya. Tapi karena mungkin market share nya belum terlalu besar juga jadi belum terasa ke kita. Kami para pendatang sejauh ini menggunakan bank konvensional,” ujar Wisnu dalam acara Sharia Corner di Channel YouTube Madaniacoid, Kamis (22/1/2021).
NoorAssur sendiri tidak hanya menyediakan layanan dari sisi perbankan saja, tapi juga melayani takaful asuransi, tabungan pernikahan, tabungan pendidikan, tabungan renovasi rumah, pensiun, bahkan untuk investasi.
“Sebetulnya sudah dipelopori jadi tinggal masalah market sharenya saja. Sebetulnya asuransi sudah ditangani sama pemerintah yang pokok, kalau di Indonesia BPJS. Sisanya aja yang kelebihannya itu dibebaskan sesuai dengan kebutuhan. Yang dari pemerintah 60-70 persen,” ungkapnya.
Wisnu menuturkan, berdasarkan pengamatannya, pemerintah Prancis juga mendukung keberadaan ekonomi syariah. Terbukti dengan diizinkannya bank berbasis syariah dan layanan lainnya. “Pemerintah support dengan diizinkan bank syariah dan termasuk produk layanan syariah. Info terakhir sudah lebih dari tiga ribu nasabahnya. Bahkan ada nasabah yang non muslim juga, jadi cukup menarik kalau diteliti kajian ekonomi syariahnya,” bebernya.
Dai menambahkan, ada peluang menarik untuk membuka kajian-kajian ekonomi syariah menuju kebebasan finansial. Salah satu kajian Wisnu yakni mengenai cryptocurrency yang dipercaya mampu memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan bagi masyarakat saat bertransaksi.
“Ke depan ini bagaimana peluangnya bagi rekan-rekan di bidang syariah untuk mengembangkan cryptocurrency yang bisa diterima oleh masyarakat muslim terutama dalam hal simpan pinjam karena terkait dengan riba dan lain-lain, maka kajian saya bisa diadaptasi dengan bentuk syariah. Ini potensial market yang cukup tinggi,” tambahnya.
Kegiatan Ekonomi Syariah di Tingkat Komunitas
Wisnu yang juga merupakan PhD Candidate di Institut National des Sciences Appliquées (INSA) de Lyon mengatakan, kegiatan eknomi syariah nampak pada kegiatan komunitas muslim di Prancis. Seperti menggelar pasar pada akhir pekan dengan menjual makanan yang halal dan murah.
“Rata-rata di wilayah ada komunitas muslim biasanay ada pasar tradisional di weekend atau hari biasa hanya jamnya tertentu. Rata-rata menyediakan makanan halal dan murah, dari sisis syariatnya sudah mulai menggeliat. Karena memang ada aktivitas muslim yang jualan kemudain kita yang berpartisipasi sebagai konsumen,” ungkapnya.
“Para pedagang rata-rata imigran, datang kemudian mereka membuat komunitas dan ada pasar tradisional dan harag terjangkau. Itu yang mmwngiddupkan keseharian, terutama para pelajar karena dilihat dari aspek ekonomis,” sambung Wisnu.
Dia menuturkan, pasar tersebut juga cukup menarik perhatian warga Prancis. Sehingga tak heran, kalau banyak yang membeli di pasar para imigran tersebut.
“Satu bisa bersilaturahmi, kalau yang sudah berlangganan kan dikenal. Tapi paling tidak membantu dari sisi harga lah, low price dan halal tentunya, hampir di setiapa wilayah ada. Dari sisi aktivitasnya nampaknya sudah rutin, tempatnya juga sudah fix, tapi memang tidak permanen menggunakan tenda. Kaya di Gasibu kalau di Bandung. Konsumennya beragam, bahkan orang-orang prancis juga banyak yang membeli di pasar tradisional tersebut,” tandasnya. (sr)
Discussion about this post