MADANIACOID -Keadaan atmosfer di wilayah Jabodetabek masih terus memperlihatkan ketidakbaikan. Dampak polusi udara yang merugikan mampu mengganggu kesehatan tubuh, terutama sistem pernapasan. Beragam usaha telah dilakukan guna meningkatkan mutu udara, termasuk penggunaan teknologi untuk mengubah cuaca dan penyemprotan bahan kimia.
Namun, menurut Sigit Reliantoro, yang menjabat sebagai Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), cara-cara tersebut masih belum mencapai hasil optimal.
Ia mengatakan teknologi modifikasi cuaca dengan menyemai garam ke lapisan atmosfer masih belum optimal, karena hanya ada sedikit awan hujan akibat musim kemarau yang panjang.
Dilansir dari DetikHealth, Salah satu pilihan alternatifnya adalah dengan menggunakan cara semprot air berkabut di gedung-gedung tinggi. Untuk saat ini, pihak KLHK bersama BRIN masih mendata jumlah gedung yang bisa digunakan sebagai tempat semprot air berkabut tersebut.
“Tapi, juga dalam skala mikro, misalnya dengan membuat semprotan air berkabut di gedung-gedung yang tinggi,” tutur Sigit.
“Kita lagi mengintarisasi, dari BRIN sudah inventarisasi gedung-gedung tinggi yang potensial digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan, tapi sekali lagi kami menginventarisasi untuk membuat kabutnya siapa saja yang punya fasilitasnya,” sambungnya.
Namun demikian, Sigit menekankan fakta bahwa penggunaan teknologi semprotan kabut air ini tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi keseluruhan permasalahan polusi udara di wilayah Jabodetabek. Karena alasan ini, pemerintah pusat akan memilih daerah-daerah yang diutamakan untuk menjalankan kegiatan penyemprotan tersebut.
Tanggapan IDI Terkait Penyemprotan Air
Erlina Burhan, seorang anggota divisi Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, mengutip hasil studi di Tiongkok yang menunjukkan bahwa pelaksanaan penyemprotan air di jalan justru meningkatkan konsentrasi partikulat meter (PM) 2,5. PM 2,5 merupakan gabungan partikel padat dan cair yang terdapat dalam udara.
“Studi yang dilakukan di Tiongkok menunjukkan bahwa menyemprot jalan dengan air justru meningkatkan, bukan menurunkan, konsentrasi PM2.5,” Pungkas Erlina dalam Jejaring Media Sosial Twitternya.
Daripada menjalankan penyiraman air di jalan-jalan Ibukota, dia mengusulkan bahwa pemerintah bisa memilih untuk secara teratur menerapkan teknik penciptaan hujan buatan. Namun, dia kembali menegaskan bahwa upaya meredam polusi udara dengan cara tersebut hanya akan memberikan efek sementara.
Discussion about this post