MADANIACOID – Tren belanja baju bekas impor atau yang lebih dikenal dengan istilah thrifting ini merupakan budaya yang populer dan terus berjalan dengan membawa konsep untuk mendukung kampanye zero waste.
Konsep ini didukung baik oleh banyak kalangan, khusunya anak muda. Akan tetapi pengertian dari thrifting itu merupakan belanja baju bekas itu masih kurang tepat.
Salah satu alasan mengapa banyak orang yang gemar melakukan thrifting adalah seperti yang bahwa tidak jarang akan menemukan barang-barang yang branded, tetapi dengan harga yang terjangkau.
Kemudian barang-barangnya juga lebih banyak variasi, sehingga akan gampang menemukan yang terlihat unik, serta menarik yang tidak ada di pasaran.
Sebab banyak orang yang akan memilih barang bebas hasil impor dengan harga yang murah rata-rata di bawah pasar. Apalagi bila beruntung akan mendapatkan brand-brand ternama dengan kondisi yang masih di atas 90 persen dan harga miring.
Direktur Bidang Pemasaran Kemenparekraf Yuana Rochma Astuti, mengatakan bahwa Kemenparekraf belum ada pembahasan terkait hal ini, tetapi ia akan berjanji memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kegiatan thrifting yang bisa mengancam brand lokal ini.
“Nah ini bagaimana sekarang kita memberikan pengertian kepada masyarakat untuk terus meyakinkan mereka, bahwa brand lokal ini bagus bagus sebenarnya, lebih ke edukasi sih, jadi itu si mbak, edukasi,” jelas Yuana.
Bila ingin melakukan thrifting, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama harus meriset tempat yang akan kita kunjungi. Sekarang banyak sekali thrift shop yang berbasis online.
Bisa juga datang langsung ke tempat-tempat khususnya thrifting untuk merasakan langsung sensasi mencari barang-barang bekas yang bagus dengan harga murah, serta bisa juga melatih teknik dalam tawar-menawar.
Kemudian setelah membeli barang hasil thrifting, langsung cuci terlebih dahulu. Sebab meskipun barang tersebut sudah dibershikan oleh penjual, tatapi alangkah lebih baik untuk tetap mencucinya kembali.
Discussion about this post