Madania.co.id, Bangladesh- Kebakaran besar melanda kamp-kamp pengungsi Rohingya di Bangladesh Selatan pada Kamis (14/01) dini hari, kata PBB, menghancurkan rumah milik ribuan orang.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan lebih dari 550 tempat pengungsian yang menampung sekitar 3.500 orang telah hancur lebur dalam kobaran api.
Tidak hanya kamp/rumah, 150 toko dan fasilitas milik organisasi nirlaba juga hangus terbakar, seperti dilansir laman Reuters (14/01/21).
Seorang pengungsi Rohingya di Kamp Nayapara memberikan beberapa foto dan video kepada Reuters yang menunjukkan para keluarga termasuk anak-anak sedang memilah-milah lembaran besi bergelombang yang hangus.
Mereka sedang memastikan apakah mereka dapat menyelamatkan sesuatu dari rumah mereka yang telah lebur terbakar.
Tetapi hanya sedikit yang tersisa dari kamp, yang telah berdiri selama beberapa dekade tersebut, selain tiang beton dan sekam/bekas beberapa pohon.
“Blok E benar-benar terbakar,” kata pengungsi, Mohammed Arakani. “Tidak ada yang tersisa. Tidak ada yang disimpan. Semuanya hangus terbakar. ”
“Semua orang menangis,” katanya. “Mereka kehilangan semua harta benda mereka. Mereka kehilangan segalanya, terbakar habis, mereka kehilangan semua barang mereka,” tambahnya.
UNHCR mengatakan pihaknya menyediakan tempat pengungsian, bahan, pakaian musim dingin, makanan hangat, dan perawatan medis bagi para pengungsi di kamp di distrik Cox’s Bazar, perbatasan Myanmar-Bangladesh Tenggara.
“Pakar keamanan bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelidiki penyebab terjadinya kebakaran,” kata badan itu, menambahkan bahwa tidak ada korban yang dilaporkan.
Pemindahan Penduduk Rohingya
Mohammed Shamsud Douza, Wakil Pejabat Pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas para pengungsi mengatakan petugas pemadam kebakaran menghabiskan waktu dua jam untuk memadamkan api.
Douza mengatakan belum ada keputusan resmi, apakah tempat penampungan akan dibangun kembali atau pengungsi dipindahkan ke tempat lain.
Pemerintah Bangladesh telah memindahkan beberapa ribu orang Rohingya ke sebuah pulau terpencil dalam beberapa pekan terakhir.
Hal itu menimbulkan protes dari kelompok HAM yang mengatakan bahwa kebijakan tersebut merupakan relokasi terpaksa, namun tuduhan tersebut dibantah oleh pihak berwenang.
Lebih dari satu juta Rohingya tinggal di kamp-kamp daratan utama Bangladesh Selatan, sebagian besar telah melarikan diri dari Myanmar pada tahun 2017.
Karena tindakan keras terhadap mereka yang dipimpin oleh militer Myanmar, yang menurut PBB dilakukan dengan maksud genosida/pembantaian, namun tuduhan tersebut dibantah oleh Myanmar.
Api menghancurkan sebagian kamp yang dihuni oleh Rohingya yang melarikan diri dari Myanmar setelah kampanye militer sebelumnya, menurut para pengungsi. (dzk)
Discussion about this post